Perbedaan suap dan gratifikasi masih kerap menjadi buah bibir dikalangan masyarakat yang dekat akan permasalahan politik. Seperti ‘episode’ panjang tidak berujung, dua kasus ini masih enggan menghilang dari publik. 

Semua tidak terlepas dari dasar manusia yang gemar memberi juga menerima ‘hadiah’. Namun perlu diingatkan bila sudah menyangkut dengan jabatan, khususnya seorang penyelenggara negara semua memiliki ketentuan.

Terlebih, undang-undang gratifikasi, sudah lama disahkan untuk menjadi pedoman para pejabat publik bersikap bijak atas topik sensitif yang selalu menyangkutkan penerimaan uang, pelayanan atau fasilitas di luar ketentuan resmi.

Karena bukan tidak mungkin, beban sanksi hanya diberikan kepada pihak penerima, tetapi pemberi juga masuk ke dalam tindak melanggar hukum dan perlu dikenakan denda sesuai pasal berlaku.

Perbedaan Suap dan Gratifikasi, Merugikan dengan Bentuk Lain

Sebelum masuk lebih dalam mengenai dua kasus ini, ada baiknya Anda mengenal apa itu gratifikasi. Setelahnya, akan lebih mudah memahami segala seluk beluknya, juga mengapa tindakan tersebut dianggap ilegal.

Sebagian orang masih menganggap keduanya adalah satu komponen yang sama. Nyatanya, UU bahkan memisahkan pasal masing-masingnya agar lebih terperinci dan memiliki sanksi berbeda sesuai ketentuan.

Perbedaan suap dan gratifikasi terdapat pada prinsip terjadinya skenario sebelum pemberian itu diterima oleh penerima. Yaitu, ada dan tidaknya kesepakatan diantara semua pihak terlibat. 

Suap, merupakan pemberian yang sudah disepakati bersama, sedangkan gratifikasi tindakan langsung pada saat itu, tanpa adanya pembicaraan terlebih dahulu. 

Contohnya suap, seseorang yang bekerja menjadi penyelengara negara lalu, mendatangi petugas lainnya demi membicarakan rencana untuk bisa dipromosikan dengan mengiming-imingi imbalan besar.

Hal ini tentu saja berkedok sama-sama untung, sehingga masih ada saja yang terjebak dengan jumlah nominal suatu pemberian.

Tetapi, jika dalam suatu kesempatan Anda mengangkat jabatan seseorang atas wewenang yang dimiliki, kemudian orang itu datang untuk memberikan pemberian sebagai rasa terima kasih, itu adalah gratifikasi.

Jenis gratifikasi juga memiliki beberapa kelompok, serta bisa dibedakan dengan mudah jika sudah memahami dasar dari tindakan ini. Mirisnya, meski sudah mengetahui sanksinya berat, masih banyak orang yang terjerat.

Meski pemberian besar atau kecil, dilakukan dari jarak jauh atau dekat, atau beralaskan mempererat hubungan ini tetap tindakan ilegal. Perbedaan suap dan gratifikasi bisa membantu untuk  menentukan sanksi sesuainya.

Cara Menghindari Godaan Dua Kasus Ini

Unsur-unsur tindak pidana korupsi, sudah diatur untuk pemberantasannya pada UU 20 tahun 2001, khususnya pasal 5 ayat (1), pasal 13. Dan pembahasan mengenai dua kasus sebelumnya terkait dengan aturan ini.

Setelah mengetahui perbedaan suap dan gratifikasi, sudah sepantasnya mencari solusi agar tidak tergoda serta menghindari tindakan menyimpang tersebut. Beberapa cara sederhananya telah Kami rangkum, sebagai berikut :

  1. Memantapkan niat.

Keniatan seseorang dalam mencari nafkah adalah landasan utama ketika melamar ke suatu lembaga. Tetap berpegang pada tujuan awal, dan tidak melirik hal yang bukan merupakan jalan legal mendapatkan keuntungan.

Hal ini dapat membiasakan Anda untuk bisa terus menentukan keputusan bijak selama bekerja. Memilah mana baik dan benar, selagi diri terus beribadah demi keluarga juga membantu orang lain. Memilah perbedaan ini sangat bermanfaat untuk menghindari suap dan gratifikasi.

  1. Keluarga adalah tujuan utama.

Mengingat keluarga dalam setiap kegiatan dapat membantu menumbuhkan rasa segan dan waspada. Karena, jika Anda melakukan hal buruk maka akan berimbas pada orang terkasih.

  1. Mensyukuri rejeki.

Mensyukuri nikmat Tuhan merupakan hal terpenting. Dengan begitu Anda akan terhindar dari nafsu dunia yang kesenangannya hanya sebentar, hingga berujung harus dipertanggung jawabkan. Perbedaan mendasar antara rejeki dan suap adalah suap menghendaki Anda untuk melakukan ‘bantuan’.

  1. Berani menolak, serta bersedia melapor.

Kini ada tuntunan cara melaporkan tindakan gratifikasi sebagai langkah awal bila menemukan motif serupa disekitar Anda. Jangan ragu untuk membantu memberantas perilaku meresahkan ini.

  1. Hindari pergaulan tidak sehat

Jauhi pergaulan sesama pegawa negeri yang sudah terlihat menyimpang. Amankan diri Anda sendiri lalu laporkan segera.

Kesimpulan yang Dapat Ditarik

Kedua jenis kasus yang sering menjerat pejabat publik ini memang semakin meresahkan masyarakat. Belum lagi, bila kewenangan yang berhasil didapat tidak digunakan dengan bijak dan hanya memperburuk keadaan bernegara.

Bahkan untuk tindakan ilegal ini sudah dijelaskan khusus pada gratifikasi dalam islam. Mengenai dampak kerugian untuk orang lain juga diri sendiri yang bila dibiarkan kebiasaannya akan mendarah daging.
Sulit menghentikan hal yang sudah menjadi rutinitas, namun bukan tidak mungkin Anda serta sekitar bisa memberantasnya secara langsung atau berkala. Perbedaan suap dan gratifikasi dapat menentukan tindak pidana yang tepat.

Baca juga: Sanksi Pelaku Gratifikasi Dapat Diterima oleh Pemberi dan Penerimanya


Seluruh informasi hukum yang ada di artikel ini disiapkan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan konsultan hukum berpengalaman dengan klik tombol konsultasi di bawah.